Rabu, 14 November 2012

MANAJEMEN TIDUR DALAM AL QUR'AN DAN SUNNAH

Oleh: Habiburrahman El Shirazy

Keajaiban ‘Tidur’ Menjelang Perang Badar

Malam itu adalah malam Jum'at, tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H, Rasulullah saw. dan pasukannya yang berjumlah 313 mendekati lembah Badar. Allah mengirimkan hujan. Hujan itu bagi kaum muslimin menjadi rahmat, berupa sentuhan gerimis yang menyegarkan mereka, menyucikan mereka, menghilangkan gangguan setan dari diri mereka, mengeraskan pasir yang mereka pijak, memantapkan langkah mereka, dan mengokohkan tekad hati mereka. Sementara bagi kaum musyrikin Quraish, hujan itu terasa lebat dan menghambat langkah kaki mereka bergerak maju, serta menguras tenaga dan pikiran mereka.
Malam itu, Rasulullah saw. bergerak bersama bala tentaranya mendahului kaum musyrikin menguasai mata air Badar. Atas usul Al Habab bin Al Mundzir, Rasulullah saw mengambil posisi dekat mata air yang paling dekat dengan musuh, membuat pos pertahanan di situ, dan merusak semua sumur lainnya. Sehingga pasukan muslimin terjamin akan bisa minum sementara pasukan musyrikin tidak bisa minum.
Lalu Rasulullah saw. hampir semalaman shalat dan bermunajat di dekat sebuah batang pohon di sana. Dan Allah menurunkan rahmat-Nya kepada kaum muslimin berupa rasa ngantuk. Sehingga kaum muslimin malam itu bisa terlelap dengan hati yang damai, pikiran yang tenang. Sementara kaum musyrikin Quraisy menghabiskan malam di kamp militer mereka dengan rasa cemas dan takut serta mata yang nanar tidak bisa terpejam. Mereka semalaman tidak bisa terlelap sedikitpun.
Dan pagi harinya saat genderang perang di lembah Badar itu ditabuh, kondisi dua pasukan itu sangat berbeda. Kaum muslim yang diberi “sentuhan ngantuk hingga bisa tidur” oleh Allah siap berperang sangat prima dan penuh semangat, sebaliknya kaum musyrikin yang cemas dan tidak bisa tidur sudah loyo dan kehilangan setengah tenaganya.
Hasil perang Badar pun jelas, Rasulullah Saw. dengan 313 pasukannya mampu melibas 1000 pasukan terlatih kafir Quraisy.
Perihal pertolongan Allah dalam perang Badar di antaranya dengan turunnya hujan dan sentuhan rasa ngantuk, dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya,

“(Ingatlah, ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman daripadaNya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu denganb hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).” (Al Anfaal: 11)

Perang Badar adalah perang paling bersejarah dalam sejarah kehidupan umat manusia, perang yang paling menentukan keberlangsungan hidup dakwah Islam. Dan sejarah mencatat “terlelapnya’ kaum muslimin dalam selimut rasa ngantuk menjadi salah satu faktor kemenangan kaum muslimin atas ijin Allah SWT, sebagaimana diabadikan dalam ayat di atas.
Dari peristiwa besar dan maha penting ini menunjukkan bahwa tidur yang nyaman dalam waktu yang tepat bisa menjadi faktor kemenangan dan kesuksesan. Sebaliknya kurang tidur atau tidak tidur sama sekali bisa jadi penyebab kegagalan.

Fungsi Tidur dalam Al Qur`an

Al Qur`an adalah petunjuk terbaik bagi umat manusia. Hal-hal yang sangat penting bagi kebaikan dan kesejahteraan manusia di dunia dan di akhirat tidak luput dibicarakan oleh Al Qur`an. Termasuk masalah tidur, yang tidak mungkin dilepaskan dari kehidupan umat manusia.
Tentang tidur dan fungsinya, Al Qur`an menjelaskan dengan bahasa yang ringkas, indah namun gamblang dan sarat makna. Di dalam surat An Naba’ dijelaskan :

“Dan Kami jadikan tidur kamu untuk istirahat (subaatan). Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (An Naba` : 9 – 11 )

Kata subaatan ada yang memahaminya terambil dari kata sabata yang berarti memutus, dan yang diputus adalah kegiatan sehingga ia mengandung makna istirahat. Ada juga yang memahaminya sejak semula berarti tenang, yakni tenangnya beberapa potensi yang tadinya giat yaitu seorang sedang sadar.
Imam Al Qurthubi menjelaskan, hari yang diperintahkan oleh Allah kepada Bani Israil agar tidak berkegiatan, hanya untuk istirahat dan ibadah, disebut hari Sabtu.
Tafsir al-Muntakhah berkomentar bahwa : “Tidur adalah berhentinya atau berkurangnya kegiatan saraf otak manusia. Karena itulah, ketika tidur, energy dan panas badan menurun. Pada waktu tidur, tubuh merasa tenang dan rileks setelah otot dan saraf atau dua-duanya letih bekerja. Semua kegiatan tubuh menurun diwaktu tidur, kecuali proses metabolism, aliran air seni dari ginjal dan keringat. Proses-proses tersebut jika berhenti justru akan membahayakan manusia. Sedangkan, pernafasan jadi agak berkurang intensitasnya, tapi lebih panjang dan lebih banyak keluar dari dada ketimbang dari perut. Jantung akan berdetak lebih lambat sehingga aliran darah menjadi lebih sedikit. Otot-otot yang kejang jadi mengendur sehingga mengakibatkan kesulitan bagi orang yang sedang tidur untuk melakukan perlawanan. Semua hal itu menyebabkan tidur sebagai istirahat yang paling baik bagi manusia, sebagaimana yang dikatakan ayat ini,”
Kata ma’aasyan terambil dari kata ‘aasya yang berarti hidup. Kata ma’asy digunakan dalam arti hidup juga dalam arti sarana hidup, seperti makan dan minum. Kedua makna ini dapat ditampung oleh kata di atas. Menamai siang dengan hidup diperhadapkan dengan malam yang menjadi waktu tidur. Tidur dipersamakan dengan mati sehingga wajar pula siang dipersamakan dengan hidup yang merupakan lawan mati.

Malam, Tidur, Qiyamullail

Meskipun di dalam surat An Naba` dijelaskan bahwa waktu malam adalah pakaian yang nyaman untuk istirahat dengan tidur. Akan tetapi Al Qur`an menjelaskan bahwa waktu malam tidaklah seyogyanya semuanya untuk tidur. Justru sebagian waktu malam semestinya digunakan untuk beribadah dan meraih keutamaan-keutamaan yang hanya disediakan oleh Allah dengan beribadah pada waktu malam.
Ibadah pada waktu malam yang lazim dikenal dengan qiyamullail, atau shalat tahajjud adalah senjata sukses para nabi dan rasul juga orang-orang shaleh.\
Di awal dakwah Islam, qiyamullail diwajibkan atas Rasulullah saw dan orang-orang Islam. Kewajiban ini berjalan satu tahun. Kemudian Allah memberi keringanan untuk orang-orang Islam menjadi sunnah, namun tetap wajib untuk Rasulullah saw. Hal itu dijelaskan dalam surat Al Muzzammil,

“Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah untuk shalat pada malam hari kecuali sebagian kecil. (yaitu) separuhnya atau kurang dari itu, Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al Qur`an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa), dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan.” ( Al Muzzammil: 1- 6)

Setahun setelah itu, turun ayat yang memberikan keringanan,

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka dia memberikan keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur`an; Dia mengetahui bahwa aka nada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur`an dan laksanakan shalat…” (Al Muzzammil : 20)

Sejak itu shalat tahajjud atau qiyamullail menjadi sunnah, setelah sebelumnya selama satu tahun hukumnya wajib.

Di banyak tempat di dalam Al Qur`an dan Hadits, bisa kita jumpai anjuran untuk mendirikan shalat malam, dan pujian untuk yang melaksanakannya. Misalnya di dalam surat Adz Dzariyat dijelaskan kebiasaan al muttaqin (orang-orang yang bertakwa), adalah:
“Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan pada akhir malam mereka mohon ampun (kepada Allah).” (Adz Dzariyat: 17-18)

Allah mensifati ibadurrahman dengan firman-Nya,
“Dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam dengan beribadah kepada Tuhan mereka dengan sujud dan berdiri.” (Al Furqan : 64)

Dan masih banyak ayat yang mendorong manusia yang beriman kepada Allah untuk memanfaatkan sebagian waktu malam untuk beribadah.
Di dalam hadits kita akan banyak menjumpai bagaimana Rasulullah saw. mendorong ummatnya untuk qiyamullail, bahkan memberi contoh bagaimana beliau mendidik keluarganya untuk membiasakan qiyamullail.
Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya sampai Husein bin Ali bahwa Ali bin Abi Thalib ra. mengabarkan bahwa Rasulullah mengetuk pintu rumahnya, di mana ia tinggal bersama Fatimah, Putri Nabi saw. pada suatu malam. Rasulullah berkata, “Tidakkah kalian berdua melakukan shalat?” Ali menjawab, “Wahai Rasulullah, jiwa kami di tangan Allah, jika Dia ingin membangunkan kami maka kami pasti akan bangun.” Beliau lalu pergi ketika Ali mengatakan hal itu dan tidak menjawab sama sekali. Ketika beliau sedang berpaling, Ali mendengar beliau berkata sambil menepuk pahanya, “Dan manusia itu paling banyak membantah.”
Dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar menukil dari Ibnu Baththal bahwa hadis ini menunjukkan keutamaan shalat malam daan membangunkan anggota keluarga dan kerabat yang tidur untuk shalat malam. Dalam riwayat Hakim bin Hakim, Ali berkata, “…..dan Nabi saw. masuk ke rumahku dan Fatimah pada suatu malam serta membangunkan kami untuk shalat, lalu kembali ke rumahnya. Beliau shalat ringan diwaktu malam. Dan beliau tidak mendengar gerakan kami. Beliau kembali membangunkan kami.” Imam At Thabari berkata, “Jika Nabi saw. tidak mengetahui agungnya keutamaan shalat diwaktu malam, tentu beliau tidak akan membangunkan putri dan saudara sepupunya pada waktu yang dijanjikan Allah sebagai waktu istirahat. Tetapi, beliau memilih agar keduanya meraih keutamaan itu daripada tidur tenang, demi menjalankan perintah Allah,
‘Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.’ (Thaahaa:132)
Meski demikian, Rasulullah saw. mengajarkan untuk tetap tawazun (seimbang), tetap ada porsi di malam hari untuk tidur. Rasulullah saw. tidak menganjurkan bahkan tidak menyukai orang yang beribadah sepanjang malam tanpa tidur sedikitpun. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw menegur sahabat yang berazzam akan shalat sepanjang malam dan tidak akan tidur selamanya. Beliau juga membenarkan tindakan Salman yang menegur sahabatnya Abu Darda’ yang shalat sepanjang malam tanpa memperhatikan hak badan dan istrinya.
Rasulullah saw. mencontohkan cara ibadah di malam hari yang seimbang. Dari Humaid bin Abdurrahman bin Auf bahwa seorang lelaki dari sahabat Rasulullah saw. berkata, “Kukatakan (pada diriku) yng saat itu aku sedang bepergian bersama Rasulullah, ‘Demi Allah, aku akan mengintai Rasulullah shalat, sampai aku tahu apa yang beliau lakukan. Setelah shalat isya, beliau tidur beberapa saat dimalam hari. Lalu bangun melihat langit dan mengucapkan ‘ Rabbana Maa Khalaqta Hadza Baathila’ sampai ‘Innaka Laa Tukhliful Mi’ad.’ Kemudian kembali rebah ke tempat tidurnya. Lalu bangun bersiwak. Lantas menuju wadah yanag didalamnya ada airnyaa. Lalu bersuci, bangkit dan shalat. Sampai kukatakan: beliau shalat lamanya sama dengan beliau tidur. Kemudian tidur sampai kukatakan beliau tidur lamanya sama dengan shalatnya. Lalu bangun dan melakukan seperti yang dilakukan sebelumnya dan mengucapkan seperti yang diucapkan. Rasulullah melakukan tiga kali sebelum terbit fajar.” Diriwayatkan oleh Imam Nasa’i.
Salah satu adab shalat malam adalah melakukan dengan kondisi segar. Jika seseorang memerlukan tidur, disunnahkan untuk tidur dan menyegarkan tubuhnya kemudian barulah ia memulai shalat malam.
Dari Aisyah bahwa Rasulullah bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian mengantuk dalam keadaan shalat, maka merebahlah sampai hilang kantuknya. Sesungguhnya salah seorang diantara kalian jika shalat dalam keadaan mengantuk, jangan-jangan ia beristighfar malah mencaci dirinya sendiri.” Imam Baghwi berkata, “Ini hadist yang disepakati kesahihannya.”
Dari Anas bin Malik bahwa Nabi masuk (masjid) tiba-tiba beliau menemukan ada tali yang dipancang diantara dua tiang. Beliau bertanya, “Tali apa ini?” Para Sahabat menjawab, “ini talinya Zaenab, jika ia kendor maka ia akan berpegangan.” Nabi bersabda, “Tidak, lepas tali itu. Hendaklah kalian shalat dalam kondisi semangatnya, jika kendur maka tidurlah.”
Rasulullah saw. memberikan tips, bagi yang ingin segar beribadah di malam hari, agar melakukan tidur siang meski sesaat. Tidur siang itu disebut qailulah. Rasulullah saw bersabda, “Lakukanlah qailulah, karena setan tidak melakukannya.”

Manfaat Qailulah (Tidur Siang)

Karena bangun malam dan ibadah di malam hari juga memerlukan energi. Dan jika tubuh sudah letih akan susah tegak ibadah di malam hari, maka tubuh perlu diberi tambahan energi pada siang hari. Rasulullah saw. menyarankan untuk melakukan tidur ringan di siang hari yang disebut qailulah. Tidur qailulah pada waktu siang hari ini dapat membantu bangun pada waktu malam hari.
Maka, hamper semua ulama yang membiasakan shalat tahajjud atau qiyamullail, mereka juga membiasakan sunnah Nabi, yaitu tidur qailulah ini.

Ternyata manfaat tidur qailulah ini luar biasa besar. Baru-baru ini, Sara C. Mednick , Psikolog yang meraih PhD-nya di Universitas Harvard dan kini menjadi periset ilmiah di Institut Salk, California menulis buku tentang manfaat tidur siang bersama koleganya Mark Ehrman. Buku itu berjudul Take An Nap! Change Your Life .
Dalam buku itu Mednick menulis: Dan untuk anda yang bersikeras mengatakan “beri aku satu alasan bagus mengapa aku harus tidur siang” maka ketahuilah bahwa ilmu pengetahuan dapat menunjukkan yang lebih baik. Ilmu pengetahuan dapat memberikan anda 20 alasan.

Tidur siang akan membuat anda:
1. Meningkatkan kesiagaan
2. Meningkatkan kinerja motorik
3. Meningkatkan akurasi
4. Membuat keputusan secara lebih baik
5. Meningkatkan daya tangkap
6. Memperkuat dasar/landasan
7. Memelihara awet muda
8. Memperbaiki kehidupan seks
9. Menurunkan berat badan
10. Memperkecil resiko terkena serangan jantung dan stroke
11. Memperkecil resiko terkena diabetes
12. Meningkatkan stamina
13. Meningkatkan suasana hati
14. Mendorong kreativitas
15. Mengurangi tekanan
16. Membantu ingatan
17. Mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan / alcohol
18. Meredakan migraine/sakit kepala sebelah, bisul dan masalah-masalah lainnya dengan komponen-komponen psikologis
19. Meningkatkan ketentraman dan kualitas tidur malam
20. Terasa nyaman

Lalu timbul pertanyaan, dapatkah tidur siang menggantikan tidur malam? Tidak. Tidur siang tidak dimaksudkan untuk menggantikan tidur malam yang baik. Tidur siang dapat membantu anda untuk mendapatkan yang terbaik diwaktu siang hari anda (dan juga sore hari), dan biasanya orang-orang terlihat lebih produktif setelah tidur siang ketimbang terus bekerja sepanjang hari tanpa diselingi tidur.
Menurut Sara C. Mednick, para pelaku tidur siang yang lebih berpengalaman bersumpah bahwa mereka mendapat semua yang mereka butuhkan hanya dalam waktu 20 menit. Dan ternyata tidak masalah jika kita bisa tidur siang hari dalam waktu yang lebih singkat dari itu. Tidur dalam waktu singkat yaitu hanya beberapa menit dinamakan tidur mikro, telah dibuktikan manfaatkan di dalam suatu lab. di California. Namun untuk membenarkan bahwa tidur ini dianggap tidur siang, maka periode tidur ini harus berlangsung selama lima menit atau lebih. Inilah saat ketika manfaat-manfaat yang telah terdeteksi dan terbukti secara ilmiah dapat dirasakan.
Hasil penelitian doktor psikologi dari Universitas Harvard itu membuktikan kebenaran sabda Rasulullah saw., agar umatnya melakukan qailulah (tidur siang).

Selamat menikmati hidup bahagia bersama tuntunan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw.

1 komentar: